Asal Usul Lau Kawar

Pada zaman dahulu, ada sebuah desa yang bernama Kawar dengan memilki tanah yang subur. Karena memiliki tanah yang subur, sebagian besar matapencaharian penduduk tersebut adalah bertani.

Pada suatu waktu, desa tersebut mengalami panen yang berlipat ganda. Para penduduk bersuka cita menerima hasil panen yang berlimpah. Bahkan, lumbung padi pun tidak mampu menampung hasil panen yang sangat banyak. Mereka akhirnya mengadakan selamatan untuk mensyukuri hasil panen yang berlimpah ruah.

Upacara adat untuk mensyukuri hasil panen yang berlimpah dilaksanakan dengan sangat meriah, mereka juga mengenakan pakaian yang pantas untuk melaksanakan upacara tersebut. Para wanita tidak lupa memasak makanan yang cukup banyak untuk pesta syukuran, agar mereka dapat menyantap makanan enak hasil dari panen raya. Tidak lupa alunan musik gendang guro-guro juga ikut menyemarakan pesta. Mereka terlihat bersuka cita menikmati pesta yang sangat meriah.

Namun, di sebuah rumah ada seorang nenek tua yang telah lumpuh. Sang nenek tidak dapat menikmati pesta panen raya, karena mengalami lumpuh total. Badannya tidak bisa digerakan sama sekali, dia hanya bisa tidur di kasur. Namun anak, cucu, dan menantu sang nenek ikut berpesta, padahal sang nenek sangat berharap untuk ikut dalam pesta panen raya itu.

Tidak ada satu orang pun yang mengajak sang nenek untuk menghadiri pesta panen raya itu. Jangankan mengajak untuk menghadiri pesta panen raya, untuk mengajak berbicara saja tidak satu pun yang mau. Padahal, sang nenek sangat kesepian. Dia butuh hiburan dan orang yang mau menemani perbincangannya dikala waktu luang.

Sayup-sayup terdengarlah gendang guro-guro yang membawanya ke masa lalu. Dimana alat musik tersebut sangat indah didengarkan dan digunakan oleh kaum muda mudi untuk berpesta. Para muda mudi berpasang-pasangan sambil menari. Sang nenek menjadi ingat ke masa lalunya, namun kenangan tinggal kenangan, saat ini sang nenek bergelut dalam kesakitan. Dia harus melawan rasa sakit dan kesepiannya. Perasaannya saat ini sangat sedih, karena dilupakan anak, menantu, dan cucunya sendiri.

Hingga akhirnya tibalah acara untuk menikmati hidangan. Mereka memasak makanan yang enak-enak. Banyak aneka lauk-pauk yang terhidang dengan nasi hangat, sayur-mayur, serta buah-buahan yang segar. Nasi hangat, daging ayam, lembu, babi, dan aneka jenis ikan terhidang. Mereka menyantapnya dengan lahap. Sesekali guyonan beberapa orang di sana membuat mereka tertawa di sela-sela hembusan angin yang sejuk, mereka lupa ada seorang nenek tua lumpuh yang ingin menghadiri pesta tersebut.

Sang nenek tua merasa lapar, karena tidak ada nasi yang diantarkan oleh anak menantunya. Sudah sejak pagi sang nenek tidak menyantap makanan, anak menantunya hanya sibuk mengurus pesta panen raya. Mereka seolah telah lupa dengan ibu mereka yang telah tua.

Dengan badan lemas dan bergetar, sang nenek akhirnya mencoba untuk bangkit dari tempat tidurnya. Dia lalu mencoba berangkat ke dapur rumah, berharap menemukan sesuatu untuk dimakan. Sang nenek dengan sekuat tenaga mencari makanan yang ada di dapur, namun anak menantunya tidak menyisakan makanan sedikit pun. Mereka sengaja tidak memasak makanan, karena berniat akan mengikuti pesta panen raya dan menyantap makanan yang enak-enak di sana.

Sambil menyeka air mata yang terus berlinang dan membawa kembali tubuhnya yang telah lemah, sang nenek kembali ke tempat tidurnya. Ada rasa sedih dan kecewa yang dia rasakan. Sang nenek terus mengeluarkan air mata, dia menangisi nasibnya yang malang.

Di tempat pesta panen raya, para penduduk bersuka cita dengan perut kenyang habis bersantap masakan yang lezat. Sang anak dari nenek tersebut akhirnya baru sadar dan teringat dengan ibunya yang malang. Sang anak lalu bertanya kepada istrinya, apakah dia sudah mengantarkan makanan untuk sang ibu. Ternyata, nenek belum diberi makan oleh istrinya itu. Sang suami terkejut, lalu memerintahkan kepada istrinya untuk membawa makanan ke rumah. Makanan tersebut diperuntukkan bagi sang nenek.

Istrinya lalu memerintahkan anaknya untuk mengantarkan makanan tersebut. Sang cucu akhirnya segera pergi ke rumahya. Setelah sampai di rumah, sang cucu memberikan sebungkus makanan kepada neneknya. Alangkah bahagianya sang nenek, sebab anaknya masih ingat dengan ibunya.

Namun, alangkah terkejutnya sang nenek. Setelah dia membuka bungkusan itu, ternyata isinya hanyalah sisa makanan. Sisa makanan tersebut terdiri dari tulang yang telah habis dagingnya, dan nasi sisa habis dimakan. Sang nenek pun geram dengan perbuatan anaknya.

Sebenarnya nasi sisa yang diberikan kepada nenek tersebut akibat ulah cucunya. Sang cucu memakan nasi bungkus tersebut saat perjalanan menuju rumah sang nenek, lalu memberikannya kepada sang nenek setelah sampai di rumah.

Dengan rasa lapar yang mendera sang nenek serta perasaan kesal bercampur marah, air matanya pun sudah tidak dapat dibendung lagi. Sang nenek yang telah kesal dan merasa sangat lapar akhirnya mengutuk anak menantunya.

Dalam sekejap, Desa Kawar didatangi gempa bumi yang sangat dahsyat. Penduduk yang pada saat itu sedang bersuka cita menikmati pesta panen raya tiba-tiba menjadi panik, mereka tidak dapat menyelamatkan diri. Angin bertiup kencang, langit pun menjadi gelap. Kemduian munculah petir yang menggelegar, dan Desa Lau Kawar mengalami bencana yang sangat dahsyat.

Hujan pun turun dengan derasnya, dan Desa Kawar hilang ditelan bumi. Desa tersebut terkubur beserta para penduduknya, hingga tersisa kawah besar yang digenangi air. Kawah tersebut akhirnya diberi nama Lau Kawar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *