Dikisahkan, pada zaman dahulu siput belum memiliki tempat tinggal seperti sekarang yang bisa dibawa kemana pun. Karena tidak memiliki rumah, siput tinggal dari satu tempat ke tempat lainnya. Dia selalu berpindah-pindah tempat untuk mencari tempat tinggal yang aman, nyaman, dan tenang.
Awalnya, siput tinggal diatas pohon. Dia menempati sarang burung yang sudah di tinggal pemiliknya. Saat pertama kalinya menempati sarang burung itu, siput merasa sangat nyaman. Daun serta dahan-dahan pohon melindunginya dari terpaan sinar matahari. Sedang hangatnya sarang, melindunginya dari hawa dingin pada malam hari. Ketika malam tiba siput pun tertidur pulas. Namun, saat siput sedang tertidur terjadilah hujan disertai dengan angin kencang. Siput pun terguyur air hujan dan tidur dalam keadaan kedinginan, karena daun serta ranting pohon tidak dapat melindunginya dari terpaan air hujan.
Kemudian dia meninggalkan sarang pohon tersebut, lalu dia melihat ada suatu lubang di batang pohon. Siput akhirnya mengambil keputusan untuk tinggal serta menjadikan lubang itu sebagai rumah barunya. Saat ia memasuki lubang pohon tersebut, ia merasa nyaman karena ia tidak akan terpapar panasnya sinar matahari dan tidak kedinginan terguyur oleh air hujan. Namun, ketenangannya tidak bertahan lama. Pada suatu hari, ada seekor burung pelatuk yang mematuk pohon tempat tinggal siput.
Akhirnya Siput menjadi terganggu serta tidak dapat beristirahat dengan tenang, pada akhirnya ia harus keluar dari lubang pohon dan pergi mencari rumah baru. Siput kembali pergi mencari tempat barunya, hingga tiba akhirnya ia menemukan sebuah rerumputan, ia menjadikan rerumputan itu sebagai tempat tinggalnya, namun lagi-lagi ia harus merasakan kekecewaan karena rerumputan tersebut tidak bisa melindunginya dari air hujan. Saat hujan datang, siput terguyur hujan dan kedinginan.
Setelah hujan reda, siput yang berjalan pelan kembali mencari tempat tinggal yang nyaman, hingga akhirnya ia menemukan sebuah lubang di tanah. Ia juga berusaha untuk tinggal serta menjadikan lubang itu sebagai tempat tinggalnya, namun lubang tersebut sangat gelap. Situasi lubang yang hangat bikin siput sangatlah suka dan merasa nyaman.
Saat malam tiba, beberapa tikus datang serta menggali tanah tempat siput berada. Pada akhirnya rumah barunya itu kembali porak poranda. Pada akhirnya, siput dengan sangat terpaksa harus kembali pergi mencari rumah idamannya. Saat sedang berjalan mencari rumah barunya, si siput termenung.
Namun semangatnya untuk mencari tempat tinggal yang aman dan nyaman mengalahkan rasa lelahnya, ia pun bergegas kembali mencari tempat tinggal barunya yang aman dan nyaman, saat dalam perjalanan mencari rumah barunya tiba-tiba banyak para burung yang mengejek siput.
Hinaan demi hinaan silih berganti dari berbagai jenis burung, mereka mengejek siput, namun siput tetap tenang dan tidak menghiraukan hinaan para burung tersebut. Setelah berjalan cukup lama tibalah siput di pinggir pantai. Ia menemukan sebuah lubang di batu karang serta berusaha untuk tinggal di sana.
Namun, lagi-lagi pemikirannya tidak sesuai dengan harapan. Saat ombak datang, rumah barunya turut terendam serta membuat siput tersapu oleh ombak. Dan pada akhirnya, dengan nyaris putus asa siput mengambil keputusan untuk kembali mencari rumah barunya yang aman dan nyaman.
Siput berjalan menyusuru pantai, dan rasa lelah membuatnya lemas. Pada akhirnya, ia menemukan suatu cangkang kosong yang sangat indah. Kemudian ia pun masuk ke cangkang itu untuk beristirahat sesaat, sebelum meneruskan perjalanannya.
Namun saat pagi tiba dan siput terbangun, ia mulai sadar bahwa cangkang itu merasa sangatlah nyaman serta cocok untuk ditempati. Memiliki bentuk yang indah serta cukup enteng, membuatnya leluasa untuk di bawa kemanapun siput pergi. Pada akhirnya, siput mengambil keputusan untuk menjadikan cangkang itu juga sebagai rumah barunya yang sangat nyaman serta bebas dari masalah.