Biwar Si Penakluk Naga

Dikisahkan, ada sebuah kampung kecil di Mimika. Kehidupan di sana berlangsung aman dan tenteram, dengan warga yang hidup rukun dan sejahtera. Setiap harinya, penduduk mencari pohon sagu di hutan dan mengambil sari patinya untuk dijadikan bahan makanan. Biasanya, para lelaki bertugas untuk mencari pohon sagu, sementara para wanita bertugas untuk mengolah sagu menjadi hidangan lezat.

Pada suatu hari, persediaan sagu di kampung itu semakin menipis. Karena itu, para lelaki dan beberapa wanitanya bergegas pergi ke hutan untuk mencari pohon sagu. Agar bisa sampai ke hutan, mereka harus menyeberangi sungai besar menggunakan 10 perahu kecil.

Dalam perjalanan menyeberangi sungai, muncul seekor naga besar yang hendak menghadang perahu mereka. Makhluk ganas itu mengoyak dan meporak-porandakan seluruh kapal. Hampir seluruh warga di perahu tersebut meninggal karena naga jahat itu, namun ada satu wanita hamil yang berhasil menyelamatkan diri.

Setelah berhasil menyelamatkan diri dari serangan naga, wanita itu memutuskan untuk berlari ke hutan dan bersembunyi di dalam gua. Sadar tidak dapat kembali ke kampung, ia memilih untuk tinggal dan bertahan hidup dengan mencari ubi atau buah-buahan yang tumbuh di hutan.

Beberapa bulan kemudian, wanita itu melahirkan seorang bayi laki-laki tampan yang kemudian diberi nama Biwar. Biwar diajari cara menanam ubi, memanah, hingga berburu oleh ibunya. Mereka berdua juga membuat rumah honai sehingga tidak tinggal di dalam gua lagi.

Pada suatu pagi, Biwar meminta izin kepada ibunya untuk pergi berburu. Ibu Biwar mengizinkan, tetapi ia meminta agar Biwar tidak berburu di dekat sungai besar. Biwar pun merasa heran, mengapa sang ibu selalu melarangnya mendekati sungai besar itu.

Karena sangat penasaran, ia justru mendekati sungai besar yang dimaksud ibunya. Ia terkesima, karena di sungai itu terdapat ikan-ikan yang sangat besar. Tanpa pikir panjang, Biwar lalu menangkap beberapa ikan besar dengan cekatan. Walau ada sedikit rasa khawatir lantaran teringat pesan sang ibu, ia tetap semangat menangkap banyak ikan.

Setibanya di rumah, Biwar memamerkan hasil tangkapannya kepada ibu. Ikan-ikannya begitu besar, berbeda dari tangkapan Biwar biasanya. Bukannya senang, sang ibu justru merasa curiga. Biwar akhirnya mengaku, bahwa ia pergi ke sungai besar yang dilarang. Walau sempat ada perdebatan, sang ibu akhirnya menceritakan tragedi yang ia alami di sungai itu. Mendengar cerita pilu ibunya, Biwar murka. Amarahnya semakin memuncak saat ia tahu, bahwa naga itu telah membunuh ayahnya dan membuat ibunya terlantar di hutan.

Namun Biwar tidak tinggal diam, ia membujuk ibunya untuk mengizinkannya pergi berburu naga. Awalnya sang ibu melarangnya, karena tidak ingin makhluk penunggu sungai itu melukai anaknya. Namun, Biwar tidak mudah menyerah. Setiap hari, ia membujuk ibunya agar diberi izin.

Seiring berjalannya waktu, ibunya sudah tidak dapat lagi mencegah keinginan Biwar. Walau berat, sang ibu akhirnya mengizinkan anaknya pergi ke sungai untuk melawan naga. Keesokan harinya, Biwar berpamitan pada ibunya dengan membawa panah dan tombak untuk menyerang makhluk yang telah membunuh keluarganya. Sang ibu meneteskan air mata sambil berdoa agar anaknya selamat.

Dengan gagah berani, Biwar melaju ke kediaman sang naga. Ia meneriaki naga tersebut agar keluar dari persembunyiannya. Berbekal tombak dan panah, Biwar siap mengadu nasib dengan sang raja sungai. Tidak lama setelah itu, muncul seekor naga raksasa dari danau tempat sungai itu bermuara.

Dengan penuh amarah, Biwar meluncurkan serangannya. Tombak dan anak panahnya menghujani tubuh naga. Namun, tidak ada satu pun dari serangan Biwar yang dapat melukai tubuh lawannya. Naga kemudian melawan dengan menyemburkan apinya ke arah Biwar, namun dengan cepat Biwar menghindari semburan api itu.

Sadar senjatanya tidak mempan untuk melawan sang naga, Biwar akhirnya mencari cara lain untuk membunuh naga tersebut. Sambil menghindari semburan api, Biwar berlari menuju sebuah tebing di tepi sungai.

Saat naga itu bersiap-siap menyemburkan api paling besar, Biwar mendorong batu besar ke arah kepala naga. Seketika, makhluk besar itu mati dan tubuhnya hanyut terbawa arus sungai. Biwar pun akhirnya berhasil membunuh makhluk jahat itu.

Setelah berhasil membunuh naga jahat, Biwar pulang untuk menemui ibunya. Sang ibu yang sedari tadi menunggu sambil berdoa pun menangis bahagia. Karena sungai sudah aman dari gangguan naga, mereka berdua pun memutuskan untuk pulang ke kampung halaman.

Para warga menyambut mereka dengan sukacita. Sang ibu menceritakan seluruh kejadian yang menimpanya, ia juga tidak lupa menceritakan bahwa anaknya berhasil membunuh naga. Sejak saat itu, para warga menyebut Biwar sebagai sang penakluk naga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *