Dikisahkan pada zaman dahulu kala, ada satu team pekerja penebang pohon yang berkerja di dalam hutan belantara yang sangat lebat pohonnya. Apa lagi saat itu musim dingin yang sangat hebat sedang menyelimuti di tengah hutan itu. Diakhir tahun yang sangat panjang itu, mereka semua sangat rindu pada keluarga masing-masing yang mereka tinggal di kampung halaman yang jauh disana.
Tahun baru yang diawali dengan hujan salju, kelompok ini hanya bisa diam dalam tenda mereka masing-masing. Dalam tenda mereka berbicara tentang keluarganya yang ditinggal jauh, hingga pada obrolan tentang pekerjaan yang samakin hari semakin sulit mereka alami.
Hingga pada akhirnya, mereka mengobrol tentang hal yang menjurus kampung halamannya. Mereka semua pun ingin pulang kampung. Salah satu dari mereka ada yang sangat berambisi ingin pulang, dan sangat merindukan anak istrinya yang ada di rumah.
“Siapa diantara kalian yang mau ikut pulang bersamaku hari ini, sudah tidak tahan aku merindukan anak istriku dirumah!” Kata seseorang di antara mereka yang bernama Baptiste.
Semua temannya yang ada di tenda pun mengikuti Baptiste yang ingin pulang pada saat itu juga.
“Namun, apakah mungkin kita semua jalan kaki di atas salju yang sangat tebal seperti ini?” Tanya teman Baptiste, yang bernama Jean.
Namun sang Baptiste menjawab pertanyaan itu dengan penuh semangat.
“Aku akan mengajak kalian semua pulang dengan menaiki kano terbangku. Sebuah kano yang dapat terbang di atas salju dan di atas air laut nanti. Kano ini adalah kano perjanjian antara diriku dan setan, namun saat kalian semua berada di kano terbang ini, kalian dilarang berbicara tentang Tuhan atau berbicara atas nama Tuhan.” Itulah penjelasan yang diucapkan sang Baptiste kepada teman-temannya.
Semua teman-teman Baptiste pun setuju dengan apa yang akan dilakukannya. Kemudian, naiklah mereka semua ke dalam kano terbang itu. Baptiste bersama tujuh teman-temannya itu kini sudah berada diatas kano terbang itu. Kemudian Baptiste mulai mengucapkan mantra, “Akabris! Akabrais! Akabras! Akabram!”
Setelah Baptiste membaca mantra perjanjian dengan setan itu, benar saja kano itu pun kini dapat terbang seperti sebuah pesawat terbang. Semua yang berada di dalam kano itu pun tertawa dengan sangat girang, karena pada akhirnya mereka kini dapat melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman mereka. Dirayakanlah perjalanan itu dengan minum-minum di dalam kano terbang.
Baptiste sangat bangga atas keberhasilannya, diapun sampai terlena dengan minumannya dan membuat dirinya mabuk hingga tidak sadarkan diri. Kemudian diikatlah sang Baptiste diatas kano terbang itu oleh teman-temannya agar Baptiste tidak jatuh dari atas kano terbang tersebut.
Pada keesokan harinya, saat dia mulai menyadarkan diri diatas kano terbang tersebut. “Ya Tuhan, tega-tega kalian semua mengikatku seperti ini?” Kata sang Baptiste saat bangun dari tidurnya.
Terucaplah nama Tuhan dari mulut sang Baptiste sendiri yang telah mendapat perjanjian dengan setan langsung, dan dia sendiri yang menyuruh teman-temannya untuk tidak berkata atau menyebut nama Tuhan. Kano terbang pun secara mendadak berhenti terbang dan langsung jatuh tepat di atas puncak pohon cemara. Baptiste pun jatuh bersama tujuh temannya dan terguling-guling hingga masuk kedalam lembah yang sangat gelap dan tidak bisa ditemukan kembali. Itulah hukuman bagi mereka yang telah membuat perjanjian dengan setan. Awalnya mungkin akan terasa manis, namun setelahnya tidak akan tahu apa yang akan terjadi nantinya.