Saudagar Jerami

Dikisahkan, pada zaman dahulu kala ada seorang pemuda miskin yang bernama Taro. Ia bekerja untuk ladang orang lain, dan tinggalnya di lumbung rumah majikannya. Suatu hari, Taro pergi ke kuil untuk berdoa agar dia dapat hidup senang.

Sejak saat itu setiap selesai bekerja, Taro mengikatkan seekor lalat besar yang terbang dengan ributnya mengelilingi Taro di jeraminya. Lalat tersebut terbang berputar-putar pada jerami yang sudah diikatkan pada sebatang ranting. Saat itu lewat kereta yang diikuti para pengawal. Di dalam kereta itu, seorang anak sedang duduk sambil memperhatikan lalat Taro.

Anak itu ternyata menginginkan lalat yang dianggap mainan itu, kemudian seorang pengawal datang kepada Taro untuk meminta lalat itu. Taro pun kemudian memberikan lalat itu kepada pengawal. Kemudian, ibu anak tersebut memberikan tiga buah jeruk sebagai rasa terima kasihnya kepada Taro.

Saay meneruskan perjalanannya, terlihat seorang wanita yang sedang beristirahat dan sangat kehausan. Taro kemudian memberikan jeruk yang dimilikinya kepada wanita itu. Wanita itu pun mengucapkan terima kasih, karena jeruk yang diberikan Taro ia menjadi sehat dan segar kembali. Suami wanita itu kemudian memberikan Taro kain tenun sebagai rasa terima kasih kami, karena telah membantu mereka.

Dengan perasaan gembira, Taro berjalan sambil membawa kain itu. Tidak lama kemudian, lewat seorang samurai dengan kudanya. Saat berada di dekat Taro, kuda samurai itu terjatuh dan tidak mampu bergerak lagi. Para pengawal berembuk, apa yang harus dilakukan terhadap kuda itu. Melihat keadaan itu, Taro menawarkan diri untuk mengurus kuda itu. Sebagai gantinya, Taro memberikan segulung kain tenun yang ia dapatkan kepada para pengawal samurai itu. Kemudian Taro mengambil air dari sungai, dan segera meminumkannya kepada kuda itu. Dengan perasaan yang gembira, Taro membawa kuda yang sudah sehat itu sambil membawa dua gulung kain yang tersisa.

Saat hari menjelang malam, Taro pergi ke rumah seorang petani untuk meminta makanan ternak untuk kuda, dan sebagai gantinya ia memberikan segulung kain yang dimilikinya. Petani itu memandangi kain tenun yang indah itu, dan merasa amat senang. Sebagai ucapan terima kasih petani itu menjamu Taro dengan makan malam, dan mempersilakannya untuk menginap di rumahnya. Esok harinya, Taro pamit pergi kepada petani itu, dan melanjutkan perjalanan dengan menunggang kudanya.

Tiba-tiba di depan sebuah rumah besar, orang-orang terlihat sangat sibuk memindahkan barang-barang. Kemudian taro masuk ke halaman rumah dan bertanya apakah mereka membutuhkan kuda. Sang pemilik rumah pun menginginkannya, namun saat itu ia tidak memiliki uang. Pemilik rumah pun menawarkan sawahnya sebagai ganti kuda. Taro pun berpikir, jika uang dipakai akan segera habis. Namun, sawah bila digarap akan menghasilkan beras. Taro pun menyetujui tawaran dari pemilik rumah.

Pemilik rumah pun menganggap Taro orang yang bijaksana, karena pemikirannya. Pemilik rumah pun menawarkan Taro untuk tinggal dirumahnya dan menjaga rumah itu, karena pemilik rumah itu akan pergi ke negeri yang jauh. Sejak saat itu Taro menjaga rumah itu sambil bekerja membersihkan rerumputan, dan menggarap sawah yang didapatkannya. Saat musim gugur tiba, Taro memanen padinya yang sangat banyak.

Semakin lama Taro semakin kaya. Karena kekayaannya berawal dari sebatang jerami, ia diberi julukan “Saudagar Jerami”. Para tetangganya yang kaya datang kepada Taro dan meminta agar putri mereka dijadikan istri oleh Taro. Tetapi akhirnya, Taro menikah dengan seorang gadis dari desa tempat ia dilahirkan. Istrinya bekerja dengan rajin membantu Taro. Mereka pun dikaruniai seorang anak yang lucu. Waktu terus berjalan, tetapi si pemilik rumah tidak pernah kembali lagi. Dengan demikian, Taro hidup bahagia bersama keluarganya di rumah itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *