Kisah Enam Serdadu

Dikisahkan, ada seorang pria yang hebat telah membaktikan diri pada negara dalam perang, dan mempunyai keberanian yang luar biasa. Namun, pada akhirnya dia dipecat tanpa alasan dan hanya memiliki tiga keping uang logam sebagai hartanya.

Kemudian, dengan penuh kemarahan, dia masuk ke dalam hutan, dan melihat satu orang berdiri disana mencabuti enam buah pohon seolah-olah pohon itu adalah tangkai-tangkai jagung. Dan dia berkata kepada orang itu untuk menjadi orangnya dan ikut dengannya.

Orang itu pun menerima ajakannya, namun ia harus membawa pulang kayu terlebih dahulu. Kemudian ia mengambil satu persatu pohon tersebut dan menggabungkannya dengan lima pohon yang lain dan memanggulnya di pundak, dia lalu berangkat dan pergi. Setelah dia datang kembali, dia lalu ikut bersama dengan pimpinannya yang mengatakan dengan berdua mereka dapat menghadapi seluruh dunia.

Tidak lama mereka berjalan, mereka bertemu dengan satu orang pemburu yang berlutut pada satu kaki dan dengan hati-hati membidikkan senapannya.

Pemimpin itu lalu mengajak pemburu itu untuk ikut dengannya. Pemimpin itu juga berkata, dengan bertiga mereka dapat menghadapi seluruh dunia.

Pemburu tersebut sangat ingin ikut dengannya, jadi mereka semua berangkat bersama hingga mereka menemukan tujuh kincir angin yang baling-baling layarnya berputar dengan kencang, walaupun disana tidak ada angin yang bertiup dari arah manapun, dan tidak ada daun-daun yang bergerak.

Saat mereka mereka melanjutkan perjalanan, mereka bertemu dengan seseorang yang duduk diatas sebuah pohon, sedang menutup satu lubang hidungnya dan meniupkan napasnya melalui lubang hidung yang satu.

Pemimpin yang tertarik pun mengajak si peniup itu untuk bergabung bersamanya. Si pemimpin juga mengatakan, dengan berempat mereka dapat menghadapi seluruh dunia. Lalu, si peniup turun dan berangkat bersama mereka.

Setelah beberapa saat, mereka bertemu dengan seseorang yang berdiri diatas satu kaki, dan kaki satunya yang dilepas, tergeletak tidak jauh darinya. Ternyata dia adalah seorang pelari. Untuk menjaga agar tidak bergerak terlalu cepat, dia melepas sebuah kakinya. Jika dia menggunakan kedua kakinya, dia akan jauh lebih cepat dari pada burung yang terbang.

Pemimpin itu lalu mengajak si pelari untuk gabung bersamanya. Pemimpin itu juga mengatakan, dengan berlima mereka dapat menghadapi seluruh dunia. Kemudian mereka akhirnya berangkat bersama.

Tidak lama kemudian, mereka bertemu dengan seseorang yang memakai satu topi kecil, dan dia memakainya hanya di atas satu telinganya saja. Pria itu tidak berani memakai topinya dengan benar, karena jika memakainya dengan benar akan terjadi badai salju dan semua burung yang terbang akan membeku dan jatuh mati dari langit ke tanah.

Pemimpin itu lalu mengajaknya untuk bergabung bersamanya. Pemimpin itu juga mengatakan, dengan berenam mereka dapat menghadapi seluruh dunia.
Jadi orang yang keenam ikut berangkat bersama hingga mereka mencapai kota dimana Raja yang menyebabkan penderitaannya akan memulai pertandingan, siapapun yang jadi pemenang akan dinikahkan dengan putrinya. Namun, siapapun yang kalah akan dibunuh sebagai hukumannya. Lalu si Pemimpin maju kedepan dan berkata, bahwa satu dari orangnya akan mewakili dirinya dalam pertandingan tersebut.

Saat si pemimpin telah setuju, dia memanggil si Pelari, dan memasangkan kakinya yang kedua pada si pelari. Telah disepakati bahwa siapapun yang paling pertama bisa membawa pulang air dari anak sungai yang jauh, dan telah ditentukan itu akan dianggap sebagai pemenang.

Kini putri raja dan si pelari, masing-masing mengambil kendi air, dan mereka mulai berlari pada saat yang sama. Namun dalam sekejap, saat putri raja tersebut berlari agak jauh si Pelari sudah hilang dari pandangan karena dia berlari secepat angin.

Dalam sekejap dia telah mencapai anak sungai, lalu mengisi kendinya dengan air dan berlari pulang kembali. Di tengah perjalanan pulang, dia mulai merasa kelelahan, dan berhenti menaruh kendinya dilantai dan berbaring di tanah untuk tidur. Agar dapat terbangun secepatnya dan tidak tertidur pulas, dia mengambil sebuah tulang tengkorak kuda yang tergeletak di dekatnya dan menggunakannya sebagai bantal.

Sementara itu, Putri raja yang sebenarnya juga pelari yang baik dan cukup baik untuk mengalahkan orang biasa, telah mencapai anak sungai juga, mengisi kendinya dengan air, dan mempercepat larinya pulang kembali, saat itu dia melihat si Pelari yang telah tertidur di tengah jalan.

Dia mengosongkan dan membuang air dari kendi si pelari dan berlari pulang. Sekarang hampir semuanya telah hilang, namun si pemburu yang juga berdiri di atas dinding kastil dengan matanya yang tajam dapat melihat semua yang terjadi.

Kemudian dia mengisi senapannya, mulai membidik dengan teliti dan menembak tengkorak kuda yang dijadikan bantal di bawah kepala si Pelari tanpa melukai si pelari. Si pelari terbangun dan meloncat berdiri, dan melihat kendinya telah kosong dan Putri raja sudah jauh berlari pulang ke tempat pertandingan dimulai.

Tanpa kehilangan keberaniannya, dia berlari kembali ke anak sungai, dan mengisi kendinya kembali dengan air. Dia berhasil lari pulang kembali lebih cepat sebelum putri raja tiba.
Raja pun menjadi jengkel, namun putrinya lebih jengkel lagi, karena dia telah dikalahkan oleh serdadu biasa yang telah dipecat, dan mereka berdua sepakat untuk menyingkirkan serdadu beserta pengikutnya bersama-sama.

Kemudian mereka menemui serdadu dan pengikutnya, mengundang mereka untuk makan dan minum. Sang Raja memimpin mereka menuju ke sebuah ruangan, yang lantainya terbuat dari besi, pintunya juga terbuat dari besi, di jendelanya terdapat rangka-rangka besi, dan dalam ruangan itu ada sebuah meja yang penuh dengan makanan.
Saat serdadu dan pengikutnya semua masuk, dia mengunci pintu tersebut dari luar. Dia kemudian memanggil tukang masak, dan menyuruhnya untuk membuat api yang sangat besar di bawah ruangan tersebut hingga lantai besi menjadi sangat panas.

Tukang masak tersebut melakukan apa yang diperintahkan oleh Raja, dan keenam orang di dalamnya mulai merasakan ruangan menjadi panas. Namun mereka berpikir bahwa itu karena makanan yang mereka makan, seiring dengan suhu ruangan yang bertambah panas, mereka menyadari bahwa pintu dan jendela telah dikunci rapat, akhirnya mereka menyadari rencana jahat sang Raja untuk membunuh mereka.

Si pemakai topi itu lalu memasang topinya dengan benar, dan secepat itu badai salju datang dan membuat semua udara panas menjadi hilang dan makanan menjadi beku. Setelah satu atau dua jam berlalu, raja menyangka bahwa mereka telah terbunuh karena panas, dan menyuruh untuk membuka kembali pintu ruangan tersebut serta masuk ke dalam untuk melihat keadaan mereka.

Saat pintu terbuka lebar, mereka berenam ternyata selamat dan terlihat mereka telah siap keluar untuk menghangatkan diri karena ruangan tersebut terlalu dingin dan menyebabkan makanan di meja menjadi beku. Dengan penuh kemarahan, Raja mendatangi tukang masak, mencaci dan menanyakan mengapa tukang masak itu tidak melaksanakan apa yang diperintahkan.

Sang Raja melihat ke bawah ruangan besi tersebut dan melihat api yang berkobar-kobar di bawahnya, dan mulai berpikir bahwa keenam orang itu tidak dapat disingkirkan dengan cara itu. Dia mulai memikirkan rencana baru, jadi dia memanggil serdadu yang menjadi pemimpin tersebut dan berkata, jika dia tidak ingin menikahi putrinya dan memilih harta berupa emas, dia boleh mengambilnya sebanyak yang dia mau.

Pemimpin itu lalu memilih untuk mengambil emas sebanyak yang dapat dibawa oleh pengikutnya, dan dia tidak akan menikahi putrinya. Raja setuju bahwa si Pemimpin akan datang dalam dua minggu untuk mengambil emas yang dijanjikan. Si Pemimpin memanggil semua penjahit yang ada di kerajaan tersebut dan menyuruh mereka untuk membuat karung yang sangat besar dalam dua minggu. Dan saat karung itu telah siap, serdadu yang kuat memanggul karung tersebut di pundaknya dan menghadap sang Raja. Satu ton emas yang biasanya diseret oleh 16 orang, hanya di panggulnya di pundak dengan satu tangan.

Lalu raja menyuruh untuk mengisinya perlahan-lahan dengan seluruh kekayaannya, walau begitu kantung tersebut belum terisi setengah penuh. Akhirnya 7000 kereta yang dimuati dengan emas yang dikumpulkan dari seluruh kerajaan berakhir masuk dalam karungnya. Orang kuat itu lalu menaikkan karung tersebut dipunggungnya dan berangkat pergi bersama dengan teman-temannya.

Saat sang Raja melihat semua kekayaan dari kerajaanya dibawa oleh hanya satu orang, dia merasa sangat marah, dan dia memerintahkan pasukannya untuk mengejar keenam orang itu dan merampas kembali karung itu dari si kuat.
Dua pasukan kuda segera mengejar mereka, memerintahkan keenam orang itu untuk menyerah dan menjadi tawanan, dan mengembalikan kembali karung harta itu atau dibunuh.

Kemudian ia menutup satu lubang hidungnya dan meniupkan napas melalui lubang yang satunya, akhirnya pasukan tersebut beterbangan melewati atas gunung. Tetapi komandan yang memiliki sembilan luka dan merupakan orang yang pemberani, memohon agar mereka tidak dipermalukan.

Si peniup kemudian menurunkannya perlahan-lahan dan memerintahkan agar mereka melaporkan ke sang raja, bahwa pasukan yang dikirim kan untuk mengejar mereka akan mengalami nasib yang sama.
Saat sang raja mendapat pesan tersebut, raja pun membiarkan mereka mempunyai hak atas harta itu. Lalu keenam orang itu membawa pulang harta mereka, membagi-bagikannya dan hidup bahagia sampai akhir hayat mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *